*
Wahai, Anak-Cucu Hawa, dulu telah kuingkari Keilahian dalam tubuh Adam, hingga aku pun terpisah dari Yang Maha Nyata. Lalu, aku menjelma jadi pengembara malam. Kini kusadari seluruh semesta beserta segala isinya adalah perwujudan dari Yang Maha Nyata. Maka, ijinkan kini aku bersujud mencium ujung kaki-Mu, duhai, Anak-Cucu Hawa. (Ayat 1)
Bagaimana mereka bisa terus menyembah-Nya, sementara mereka terus mencuri kekayaan negara? Bagaimana mereka bisa mengaku umat pembawa rahmat, sementara mereka sibuk menipu rakyat? (Ayat 2)
Sesungguhnya, jika kalian bertemu orang-orang kafir di jalan, janganlah penggal kepala mereka, janganlah perangi mereka, namun peluklah mereka dan mintalah maaf atas kekafiran yang tersembunyi di dalam hatimu selama berabad-abad. Niscaya kalian akan menjadi umat pembawa rahmat. (Ayat 3)
Sesungguhnya, kekafiran dalam hatimu itulah yang membuatmu menolak keragaman, padahal itu jelaslah kenyataan yang tak terbantahkan. Dan saat kau menyadari kebodohan di dalam hatimu, maka kau hanya melihat Kesatuan di segenap penjuru. (Ayat 4)
Apakah kalian berpikir Allah telah berhenti berkata-kata? Apakah kalian berpikir Allah telah bisu dan sekedar jadi penonton saja? Lampaui pikiran dan setiap saat kau dapat mendengar firman-Nya. Lampaui pikiran dan setiap saat kau dapat menatap wajah-Nya. (Ayat 5)
*
“Dien-Mu adalah Dien-Ku, Dien-Ku adalah Dien-Mu.” (Ayat 6)
“Demi waktu yang mengalir dalam Keabadian! Sesungguhnya shalatmu, ibadahmu, hidupmu, dan matimu adalah sebuah Perayaan. Maka, rayakanlah itu dalam Keheningan.” (Ayat 7)
“Demi kupu-kupu yang beterbangan, demi bunga-bunga yang bermekaran, sesungguhnya Kami telah menurunkan Kalam yang membawa kedamaian agar kalian dapat saling berkasih-sayang, agar kalian dapat saling berbagi terang, dan bukannya saling berperang.” (Ayat 8)
“Demi bukit-bukit yang berlari, demi langit yang seluas hati, barangsiapa mencintai kata-kata Ilahi lebih daripada mencintai sesama mahluk di bumi, sungguh ia termasuk golongan orang-orang merugi.” (Ayat 9)
“Tanyakan kepada para pembenci: Manakah yang lebih mulia di sisi Yang Maha Suci, menumpahkan darah saudaramu di bumi, ataukah menitikkan airmata atas kebutaan hatimu sendiri?” (Ayat 10)
“Wahai, Anak-Cucu Hawa, telah Kami ciptakan surga dan neraka di dalam pikiran orang-orang yang masih membutuhkannya. Namun, bagi mereka yang telah melebur berhala pikiran dengan Api-Cinta, maka mereka pun kekal di dalam lindungan Yang Maha Nyata.” (Ayat 11)
“Wahai, kalian yang telah berani mewartakan Keheningan, bersiaplah untuk Kuhina, Kubatui, dan Kusalibkan – bersiaplah untuk Dibangunkan!” (Ayat 12)
*
Wahai, kaum munafik, kalian seperti rabbi-rabbi Yahudi yang berkomplot dengan penguasa Romawi. Kalian telah menyalibkan Anak-Manusia dan memfitnahnya sebagai penghujah Ilahi. Sesungguhnya kalian hanya takut pundi-pundi uang kalian menjadi berkurang. Lalu tanpa malu kalian kibarkan panji-panji perang. Lalu kalian redam setiap suara berbeda sebagai fitnah yang jalang. Lalu kalian berpikir segala siasah politik yang kalian lemparkan akan menghantarkan kalian ke taman Firdausi, seolah Tuhan Yang Maha Kuasa – yang kalian sembah lima kali sehari – dapat kalian tipu dengan dalih penegakan hukum Ilahi. Sungguh, kalian telah menipu diri sendiri! (Ayat 13)
Wahai, kaum munafik, kalian sibuk membuat hukum untuk mencambuk para penjudi, kalian sibuk mensiasah aturan untuk merajam para penzinah sampai mati, namun sekutu kalian yang menzinahi anggaran negara dapat terus kalian maklumi. Sungguh, dusta apa lagi yang akan kalian hujahkan kepada Yang Maha Suci, sementara kalian terus-menerus memperjudi hak asasi insan di bumi? Sungguh, kalian telah menipu diri sendiri! (Ayat 14)
Katakan kepada para penyembah batu: Jika kalian mencintai Pembawa Pesan Terakhir itu, mengapa kalian tinggalkan ia sendirian meregang nyawa di dalam biliknya, mengapa kalian sibuk berbagi kekuasaan tatkala wafatnya, mengapa kalian bunuh keluarga dan anak keturunannya? Dimanakah itu para sahabat yang dulu berbaiat akan bersetia sampai mati? Wahai, kaum penyembah batu, kelak kalian akan saling bertikai dan membunuh sesama kalian sendiri, kelak kalian akan berbangga membunuh diri kalian sendiri. Sungguh, kalian termasuk golongan orang-orang merugi. (Ayat 15)
Ada tertulis: Surga berada di bawah telapak kaki Ibu. Namun, kukatakan kepadamu: Bumi yang sekarang berada di bawah telapak kaki Ibumu, itulah pula yang sekarang menjadi surgamu. (Ayat 16)
Ada tertulis: Jika ditampar pipi kirimu, berikanlah pula pipi kananmu. Namun, kukatakan kepadamu: Jika kedua pipimu yang ditampar, berikan saja sekalian kepalamu. Andai seluruh kepalamu sudah habis ditampar, maka berikanlah seluruh hatimu. (Ayat 17)
Ketahuilah, wahai, para penabur kebencian: Para pengecut hanya mampu bersembunyi di balik kata-kata Tuhan, namun para pemberani menghidupkan kata-kata Tuhan. (Ayat 18)
Katakan kepada para penyembah batu di negeri jiran: Cinta kepada Tuhan haruslah membawa perdamaian dan keadilan; sesungguhnya Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang amatlah jauh dari apa yang kalian sangkakan. (Ayat 19)
Katakan kepada para penyembah batu di negeri jiran: Sesungguhnya, Hakikat yang kalian sembah itu tidaklah bernama, karena setiap nama yang kalian nisbahkan kepada-Nya hanyalah buah pikiran manusia. Lalu, jika mereka berkata: “Berikan kami sebuah umpama.” Maka, katakan kepada mereka: Itu penaka Ruang yang memungkinkan batu-batu menjadi nyata, yang memungkinkan segalanya menjadi Ada. (Ayat 20)
Wahai, Anak-Cucu Hawa, sesungguhnya Ruang yang Esa itu ada di dalam kuil dan vihara, ada di dalam masjid dan gereja, ada di dalam sinagoga dan di mana-mana. Namun, jika mereka beranggapan hanya ruang tempat ibadah mereka satu-satunya yang nyata, maka tinggalkanlah mereka, karena sesungguhnya mereka berada dalam kebodohan yang nyata. Mereka adalah kaum yang telah mencampakkan hatinya. (Ayat 21)
Katakan kepada mereka yang merasa menjadi pembela Tuhan, yang merasa berhak menghujah dan mengafirkan: Singkirkan terlebih dahulu kebencian yang bersemayam dalam hati kalian, karena tiada satu pun dari kalian yang pernah melihat Tuhan, maka marilah bersama menundukkan kepala dalam Keheningan. (Ayat 22)
*
Duhai, Yang Maha Satu, berikanlah semua keburukan dan duka kepadaku, serta limpahkanlah seluruh kebaikan dan bahagia kepada selain aku. Amin. (Ayat 23)


